SEMARANG–Munculnya film bergenre horor berjudul Sumala diprotes warga Desa Plumutan Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Mereka khawatir nantjya film tersebut bakal berdampak negatif bagi Desa Plumutan.
Kepala Desa Plumutan Suji Haryanto menyatakan bahwa di wilayahnya tidak ada cerita sesuai yang digambarkan padaa film tersebut.
“Memang di film tersebut tidak menyebutkan nama desa kami, tapi pengambilan gambar di thread dilakukan di Plumutan dan Gunungsari yang masuk wilayah Kecamatan Wonosamudro Kabupaten Boyolali,” ujarnya seperti dikutip kompas.com.
Untuk diketahui, Film tersebut berasal dari sebuah utas di platform X (Twitter). Tulisan di utas tersebut juga dilengkapi gambar yang kebanyakan diambil dari suasana Desa Plumutan, kecuali gambar goa yang ada di wilayah Gunungsari Wonosamudro.
Suji menambahkan, persoalan terbesar yang dihadapi adalah citra Desa Plumutan.
“Itu kan karangan semua, tidak ada kisah nyata di Plumutan yang seperti itu, cerita di film itu fiktif. Karenanya kami berharap ada klarifikasi tentang cerita dan lain sebagainya, agar warga dan desa kami tidak dirugikan. Kalau secara hiburan memang tidak kami permasalahkan, tapi harus ada yang diluruskan,” imbuhnya.
Pihaknya berharap Rumah Produksi dan yang terkait dengan film Sumala memberikan klarifikasi. Hal ini, kata dia berkaitan dengan sedang dilakukannya pengembangan desa wisata. Dia mengatakan, warga desa mengetahui cerita film Sumala hanya fiktif tetapi banyak orang luar yang mempertanyakan apakah kejadian tersebut benar terjadi.
“Malah banyak yang menertawakan, kok malah jadi begini. Kami khawatir terhadap kondisi desa karena orang luar banyak yang bertanya,” kata Suji.
Sumala adalah film horor Indonesia berdasarkan mitos di Jawa Tengah. Film ini diproduseri oleh Luna Maya dan diproduksi oleh Hitmaker Studios.
Sementara itu pemerannya diisi oleh Luna Maya, Darius Sinathrya, dan Makayla Rose. (Red/Pranoto Adi)