Kesenjangan sektor pangan dalam negeri hingga kini masih menjadi paradoks bagi pemerintah Indonesia. Salah satunya adalah bahan pangan kedelai.
Sebagai negara yang masyarakatnya gemar menyantap tempe dan tahu, hingga kini 90 persen pasokan kedelai di Indonesia masih mengandalkan impor dari negara luar.
Hal ini terungkap dalam perbincangan Portallensa.com dengan Ketua Pusat Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) Jawa Tengah, Sutrisno Supriantoro di kantornya, Rabu (23/10).
Pria yang akrab disapa Pak Tris ini mengatakan, ironi pangan khususnya bahan baku kedelai menjadi tantangan pemerintahan Presiden Prabowo 5 tahun ke depan. Terlebih, pemerintah telah menargetkan swasembada kedelai pada 2026 mendatang.
“Sejak era reformasi 1998, pasokan ke produsen pengolahan berbahan kedelai mengandalkan impor dari Amerika. Padahal, negara kita ini negara agraris, banyak lahan yang bisa digunakan untuk menanam kedelai. Sampai 2024 ini, kondisinya masih sama, sudah berganti pemerintahan beberapakali,” jelasnya.
Mantan Ketua DPRD Kota Salatiga periode 2004-2009 ini menyebutkan, pihaknya sebagai pelaku usaha pangan berbahan kedelai telah bersurat ke pemerintah melalui Badan Ketahanan Pangan (BKN) dan Presiden Joko Widodo. Namun, kata dia, hingga saat ini tindak lanjut mengenai surat tersebut belum jelas.
“Kopti yang menaungi kami ini hanya dibantu pemerintah selama 3 tahun. Tidak sebanding dengan kemudahan yang diberikan pemerintah kepada para importir kedelai yang masuk ke Indonesia,” ungkapnya.
Disinggung mengenai harapan ke depan terkait dengan bahan pangan kedelai, Pak Tris mengatakan pemerintahan Presiden Prabowo yang dalam masa kampanye mengusung isu ketahanan pangan harus serius menyikapi persoalan kedelai di Indonesia.
Pihaknya berharap pemerintahan ke depan secara kongkrit harus memastikan petani memperoleh bibit kedelai unggul dan terus memperluas lahan tanam.
“Harus kongkrit dan berpihak kepada petani serta memperhatikan para produsen pangan berbahan kedelai. Tambah lahan tanam, beri kemudahan petani peroleh bibit unggul dan pupuk murah. Pastikan ketersediaan kedelai lokal yang berkualitas dan tetapkan harga yang terjangkau bagi produsen seperti kami,” pungkasnya. (GCP)