SALATIGA- Ribuan warga Salatiga dan sekitarnya tumpah ruah di Alun-alun Pancasila, Sabtu, (5/10/24) malam. Mereka hadir mengikuti pengajian akbar dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H yang menghadirkan penceramah kondang, KH. Ahmad Muwafiq atau yang akrab disapa Gus Muwafiq.
Acara yang diselenggarakan oleh warga RW 4 Jangkungan ini berlangsung khidmat dengan lantunan sholawat dan alunan musik Islami dari Wisanggeni Salatiga.
Pemkot Salatiga melalui Pj. Wali Kota, Yasip Khasani berharap setelah mendengarkan mauidhoh hasanah dari Gus Muwafiq, kualitas diri dan keimanan seluruh masyarakat dapat meningkat.
“Alhamdulillah kita untuk pertama kali dapat pengajian di Lapangan Pancasila. Semoga majelis-majelis lain nanti juga dapat melaksanakan pengajian akbar lagi disini. Jadi Lapangan Pancasila ini dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan masyarakat Salatiga secara keseluruhan. Kemudian kami atas nama Pemkot Salatiga menyampaikan terimakasih kepada panitia Warga Jangkungan, semoga setelah mendengarkan Amanah-amanah dari Gus Muwafiq, kualitas keimanan panjenengan semua dapat lebih meningkat,” harapnya.
Tak lupa, orang nomor satu di Salatiga tersebut juga memohon doa dari Gus Muwafiq agar dalam Pilkada 2024 ini Kota Salatiga memiliki pemimpin yang amanah dan dapat memberikan kesejahteraan kepada masyarakat.
Gus Muwafiq dalam tausiyahnya mengajak seluruh jemaah untuk meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari.
“Kabeh kehidupan niku sampun dilakoni kalih kanjeng nabi. Pramila menungsa niku nek iso ya nyonto kanjeng nabi, nek bab raenak ya nyonto sabare. Nek bab enak nyonto syukure. Bahkan kanjeng nabi saking lembute kersane menungsa oleh hidayah, kanjeng nabi menika iso momong sopo ae. Termasuk kanjeng nabi menika ya guyon barang,” pesan Gus Muwafiq.
Salah satu cerita yang dikisahkan Gus Muwafiq adalah ketika Sayidina Ali bercanda dengan Nabi Muhammad SAW. Suatu ketika Nabi Muhammad sedang menikmati ‘kacang’ bersama Sayyidina Ali dan meletakkan kulit kacang di hadapan masing-masing. Merasa kulit yang ada di depannya terlalu banyak, keisengan Sayyidina Ali pun muncul. Ia kemudian memindahkan kulit-kulit itu ke hadapan Nabi, mencampurkan dengan kulit sisanya, kemudian berseloroh.
Apa engkau begitu lapar, wahai Nabi, sehingga begitu banyak kacang yang engkau habiskan,” kata Sayyidina Ali. (Pranoto Adi)