Oleh KH. Anis Maftukhin, Pengasuh Pondok Pesantren Wakaf Literasi Islam Indonesia (Wali) Kabupaten Semarang
RAMADHAN ke berapakah tahun ini bagi Anda?
Berapa kali Anda sudah mendapat kesempatan berjumpa dengan bulan yang suci ini?
Perubahan apakah yang terjadi pada diri Anda dari satu Ramadhan ke Ramadhan?
Yakinkah Anda termasuk orang yang semakin baik kualitas iman dan taqwanya setelah melalui sekian banyak ramadhan itu?
Untuk mempertebal kesyukuran kita kepada Allah, pertanyaan-pertanyaan reflektif seperti ini perlu kita tanyakan pada diri kita masing-masing.
Terutama setiapkali bulan Ramadhan tiba dan kita bisa berjumpa lagi dengannya. Mengapa?
Karena pertanyaan-pertanyaan itulah yang akan membuat kita makin sadar bahwa berjumpa dengan ramadhan merupakan kesempatan yang sangat mahal tak terkira.
Bahkan, tak bisa ditukar dengan benda-benda duniawi semewah dan semahal apapun harganya.
Apalagi, dalam beberapa riwayat Rasulullah sendiri menegaskan bahwa setiap amalan kebaikan yang dilakukan manusia pada bulan ramadhan ini akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga 700 ratus kali lipat.
Sementara untuk pahala puasa, kata Rasulullah, Allah SWT Ta’ala berfirman (yang artinya):
“Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya.” (HR.Bukhori & Muslim).
Dalam Kitab yang berjudul Is’afu Ahlil Iman bi Wadza’if Syahri Ramadhan, ada bahasan secara khusus tentang hal ikhwal amalan amalan di bulan Ramadhan.
Penulisnya yang bernama Syekh Hasan Al-Masyath menjelaskan bahwa ganjaran termahal yang ternilai dari ibadah puasa adalah berjumpa dan berbincang langsung dengan Allah swt di akhirat kelak.
Bahkan, tandas ulama kelahiran Makkah yang dijuluki Syaikhul ‘Ulama (gurunya para ulama) itu, pertemuan tersebut akan terjadi tanpa ada penghalang apapun.