Mojokerto – Portallensa.com, Provinsi Jawa Timur menjadi salah satu wilayah di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki banyak peninggalan kebesaran kerajaan besar Nusantara. Kabupaten Mojokerto, menjadi pusat obyek penelitian dengan banyak ditemukannya situs – situs sejarah kebesaran kerajaan – kerajaan besar di Pulau Jawa.
Situs petirtaan Jalatunda yang berada di kaki barat Bukit Bekel, salah satu gunung pendamping di wilayah area Gunung Penanggungan, dan berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Mojokerto, tepatnya di Dukuh Balekambang, Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, berjarak sekitar 50 km arah selatan dari Surabaya dan berjarak sekitar 25 km ke arah tenggara dari Mojokerto, menjadi bukti kebesaran kerajaan dan budaya di Nusantara.
Dihimpun dari berbagai sumber, kualitas air di petirtaan Jalatunda, memiliki kandungan mineral setara dengan air Zam – Zam. Seperti dituturkan oleh Dewi (37) kepada Portallensa.com, Jumat (18/10/24), sesaat usai menjalankan ritual di petirtaan Jalatunda.
“Saya punya stok air dari Jalatunda dan air Zam – Zam, dengan cara dan alat yang saya punya, hasil tes nya sama. Berarti negara kita memiliki kekayaan alam yang luar biasa,” urai Dewi.
Wanita karier yang banyak menghabiskan waktunya di Jakarta, selalu menyempatkan waktu berkunjung ke Jalatunda 2 kali setahun.
Sementara itu, Puji Santoso (52), selaku koordinator penjaga situs purbakala Petirtaan Jalatunda dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) XI, bertugas melaksanakan pelestarian cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Kebudayaan.
“Kami berada dibawah unit pelaksana teknis (UPT) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Tugas kami, melaksanakan pelestarian cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Kebudayaan,” ungkap Puji kepada Portallensa.com disela – sela aktivitasnya.
Disampaikan lebih lanjut olehnya, pengunjung di Jalatunda bisa mencapai belasan ribu saat hari libur nasional seperti Nataru, Hari Raya Idul Fitri.
“Puncak kunjungan biasa terjadi di hari – hari libur nasional yang berbarengan dengan hari besar keagamaan, seperti natal dan tahun baru, Idul Fitri dan juga liburan sekolah,” imbuhnya.
Dirinya hanya berkonsentrasi pada aktifitas menjaga keutuhan barang – barang cagar budaya dan juga berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat saat diadakan ritual – ritual budaya.
“Saya dan kawan – kawan, fokus pada merawat benda – benda cagar budaya. Untuk event – event budaya, kami berkoordinasi dengan desa sekitar juga Dinas Budaya Pariwisata Provinsi Jawa Timur juga Perhutani Jawa Timur,” tutur Puji.
Puji berharap, kita sebagai generasi penerus bangsa yang besar, jangan sampai meninggalkan budaya agung leluhur kita.
“Kita sebagai masyarakat dan generasi penerus seyogianya menjaga budaya agung leluhur kita. Jangan sampai tradisi kita hilang, dan lebih didukung oleh peran serta pemerintah. Agar semua peninggalan leluhur ini bisa memberikan manfaat kepada semesta dan masyarakat disekitar situs,” tandasnya. (Bek)